Semoga Alloh SWT memberi HIDAYAH pada diri kita.
Ini cerita tentang Muthia, seorang gadis kecil yang ceria berusia Lima
tahun.
Pada suatu sore, Muthia menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Muthia melihat sebentuk kalung
mutiara mungil berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak
berwarna pink yang sangat cantik.
Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Muthia sangat ingin memilikinya.
Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum
berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain
yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk
membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung itu
sangat indah, diberanikannya bertanya. "Ibu, bolehkah Muthia memiliki kalung
ini ? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi... "
Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Muthia. Dibaliknya
tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Muthia yang memandangnya dengan
penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja langsung membelikan kalung
itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten. "Oke ... Muthia, kamu boleh
memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan
karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang
tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"
Muthia mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke
raknya. "Terima kasih..., Ibu"
Muthia sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung
itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung
itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya
dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah,
kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau.
Setiap malam sebelum tidur, ayah Muthia membacakan cerita pengantar tidur.
Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya
"Muthia..., Muthia sayang ngga sama Ayah ?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Muthia sayang Ayah!"
"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu..."
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari
nenek...! Itu kesayanganku juga"
"Ya sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Muthia sebelum
keluar dari kamar Muthia.
Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah
bertanya lagi, "Muthia..., Muthia sayang nggak sih, sama Ayah?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Muthia sayang sekali pada Ayah?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.."
kata Muthia seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya
bermain.
Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk kekamarnya, Muthia sedang duduk
di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Muthia rupanya sedang menangis
diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan.
"Ada apa Muthia, kenapa Muthia ?"
Tanpa berucap sepatah pun, Muthia membuka tangan-nya. Di dalamnya melingkar
cantik kalung mutiara kesayangannya.
"Kalau Ayah mau... ambillah kalung Muthia."
Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Muthia.
Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang
satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih... sama cantiknya dengan
kalung yang sangat disayangi Muthia.
"Muthia... ini untuk Muthia. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya, tapi
kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau."
Ya, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung
mutiara imitasi Muthia.
Demikian pula halnya dengan Alloh SWT terkadang Dia meminta sesuatu dari
kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik.
Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Muthia.
Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya
tidak ikhlas bila harus kehilangan. Untuk itulah perlunya sikap ikhlas,
karena kita yakin tidak akan Alloh SWT mengambil sesuatu dari kita jika
tidak akan menggantinya dengan yang lebih baik.
Semoga bermanfaat, amin.
Posting Komentar